Oreo Sulap Penyeberangan Jadi Kukis: Strategi Creative Commerce yang Genius

Oreo sulap penyeberangan jadi kukis
Oreo sulap penyeberangan jadi kukis

Raksasa biskuit global, Oreo, kembali memukau dunia pemasaran dengan kampanye out-of-home (OOH) terbaru mereka yang diberi nama ‘OREO Walks’. Dalam langkah yang cerdas dan playful, Oreo sulap penyeberangan jadi kukis, mengubah garis hitam-putih fungsional di luar toko-toko retail tertentu menjadi tumpukan biskuit Oreo yang menggiurkan. Kampanye ini, yang merupakan hasil kolaborasi dengan agensi VML, bukan sekadar iklan luar ruangan yang menarik perhatian; ini adalah strategi creative commerce yang dirancang untuk memicu pembelian impulsif (impulse purchases) tepat pada saat konsumen hendak masuk ke dalam toko.

Konsepnya sederhana namun eksekusinya sangat jenius. Di beberapa lokasi Kroger di Amerika Serikat, pejalan kaki yang menuju pintu masuk toko disambut oleh karya seni yang seolah-olah menunjukkan karakter minimalis sedang menggigit tumpukan biskuit Oreo. Tumpukan biskuit tersebut tercipta dari perpaduan garis putih asli crosswalk dengan permukaan aspal hitam. Dengan menyandingkan citra produk ikonik mereka dengan elemen infrastruktur sehari-hari, Oreo secara harfiah “membawa” produknya keluar dari lorong biskuit langsung ke hadapan pembeli, mengubah niat berjalan kaki menjadi niat membeli.

 

Mengapa Oreo Sulap Penyeberangan Jadi Kukis Efektif?

 

Keputusan untuk menggunakan Oreo sulap penyeberangan jadi kukis bukan tanpa alasan. Strategi di balik ‘OREO Walks’ ini selapis demi selapis seperti biskuit itu sendiri, menargetkan psikologi belanja konsumen di momen yang sangat kritis.

 

Intersepsi di Momen Krusial (Point of Intent)

 

Kampanye ini diletakkan tepat di luar pintu masuk toko. Berbeda dengan iklan billboard biasa yang hanya membangun kesadaran merek dari kejauhan, ‘OREO Walks’ mencegat konsumen yang sudah memiliki niat untuk berbelanja. Meskipun mereka mungkin tidak mencantumkan biskuit dalam daftar belanja mereka, melihat visual Oreo yang besar, playful, dan tidak terduga ini berfungsi sebagai isyarat visual yang kuat. Isyarat ini memicu keinginan atau hasrat pada momen sebelum niat belanja mereka terkunci sepenuhnya, meningkatkan peluang mereka untuk menyimpang ke lorong biskuit.

 

Menciptakan “Shoppable Out-of-Home” Melalui QR Code

 

Hal yang paling inovatif dari kampanye ini adalah cara mereka menghubungkan kesadaran merek (awareness) dengan konversi (conversion). Setiap instalasi OOH dilengkapi dengan kode QR yang dicetak di trotoar. Dengan memindai kode tersebut, pejalan kaki akan langsung diarahkan ke penawaran khusus atau diskon Oreo yang dapat ditukarkan di dalam toko.

Pendekatan ini menjembatani kesenjangan antara iklan luar ruangan tradisional dan penjualan nyata. Carly Kerlakian, Director of Omnichannel Activation di Mondelēz International (induk perusahaan Oreo), menyebutkan bahwa kreativitas haruslah mendorong pembelian, bukan hanya membangun kesadaran. Dengan menjanjikan imbalan instan berupa penawaran, Oreo sulap penyeberangan jadi kukis mengubah kejutan yang menyenangkan menjadi tindakan pembelian yang terukur, mendorong traffic kaki menjadi penjualan langsung.

 

Mempertahankan Identitas Merek yang Playful

 

Aktivasi ‘OREO Walks’ memperkuat citra merek Oreo yang selalu ingin terlihat fun, nostalgik, dan inovatif.

 

Kreativitas Visual yang Minimalis

 

Meskipun ukurannya masif, desain visualnya mempertahankan estetika merek Oreo yang konsisten, yaitu hitam dan putih yang minimalis. Penggunaan karakter bergaya kartun yang sederhana, dipadukan dengan garis crosswalk yang sudah familiar, membuat instalasi ini menarik secara visual tanpa terlihat mengganggu atau terlalu agresif. Desain yang cerdas ini memastikan bahwa meski kampanye ini berlokasi di area parkir toko, kualitas artistiknya tetap menonjol. Ini menunjukkan bahwa kreativitas dalam pemasaran ritel tidak harus mengorbankan kualitas visual.

 

Integrasi yang Mulus dengan Lingkungan

 

Kampanye OOH yang paling berhasil adalah yang tidak mengganggu tetapi terintegrasi secara mulus dengan lingkungan sekitar. Oreo sulap penyeberangan jadi kukis berhasil melakukan hal ini. Alih-alih memasang papan iklan di atas, mereka mengambil elemen yang sudah ada (yaitu garis penyeberangan) dan memberinya makna baru. Ini menciptakan kejutan dan kegembiraan, mengubah tugas rutin berbelanja menjadi pengalaman yang interaktif dan menyenangkan. Strategi ini dikenal sebagai environmental graphics, yang menggunakan infrastruktur publik sebagai kanvas untuk membangun pengalaman merek.

 

Fokus pada Impulse Purchase di Tengah Tantangan Ekonomi

 

Langkah Oreo untuk memicu impulse purchase datang pada saat sentimen konsumen di banyak pasar masih tertekan, dengan banyak rumah tangga cenderung memotong pengeluaran diskresioner. Creative commerce ini adalah upaya strategis untuk melawan tren tersebut.

Oreo tahu bahwa biskuit, sebagai makanan ringan yang mudah dinikmati, adalah pilihan yang sering didorong oleh dorongan hati ketimbang kebutuhan yang terencana. Dengan meletakkan merek mereka di jalur pembeli dan menawarkan insentif langsung, mereka secara efektif mengurangi hambatan mental untuk membeli. Bahkan jika konsumen berniat untuk berhemat, penawaran khusus yang didapatkan setelah memindai kode QR seringkali cukup untuk membenarkan pembelian kecil dan menyenangkan.

Kampanye Oreo sulap penyeberangan jadi kukis ini sekali lagi menegaskan posisi Oreo sebagai master dalam pemasaran yang tidak konvensional. Mereka terus menunjukkan bagaimana merek lama dapat tetap relevan dan fresh dengan memanfaatkan momen budaya, elemen lingkungan, dan teknologi digital (kode QR) untuk menciptakan pengalaman yang terhubung langsung dengan penjualan. Ini adalah contoh sempurna bagaimana seni dan komersial dapat bersatu untuk menciptakan dampak yang terukur.

Baca juga:

Informasi ini dipersembahkan oleh RajaBotak

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *