Pemasaran Liburan Gen Z Mengubah Aturan Main Brand

Pemasaran Liburan Gen Z
Pemasaran Liburan Gen Z

JAKARTA – Musim liburan selalu menjadi puncak bagi brand untuk meraup pendapatan terbesar. Namun, di tahun-tahun terakhir ini, formula pemasaran liburan yang sukses mulai bergeser drastis. Perubahan ini didorong oleh kekuatan konsumen baru yang semakin dominan: Generasi Z (Gen Z). Generasi yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an ini tidak hanya memiliki daya beli yang signifikan, tetapi juga menetapkan standar baru tentang bagaimana, kapan, dan di mana mereka ingin dijangkau.

Bagi pemasar, memahami bagaimana Pemasaran Liburan Gen Z beroperasi adalah kunci untuk bertahan. Generasi ini menuntut otentisitas, transparansi, dan nilai-nilai yang sejalan dengan merek—jauh dari iklan polished dan mahal ala media tradisional. Mereka adalah generasi digital native sejati yang mengambil keputusan belanja berdasarkan review real-time, rekomendasi dari micro-influencer, dan konten video berdurasi pendek yang jujur.

🤳 Pergeseran dari Discovery ke Video Commerce

 

Gen Z tidak lagi menunggu iklan liburan di televisi; mereka menemukan produk dan melakukan pembelian secara instan melalui platform yang digerakkan oleh video dan media sosial.

1. Dominasi Short-Form Video

 

Platform seperti TikTok dan Instagram Reels bukan hanya tempat hiburan, tetapi saluran utama discovery dan e-commerce.

  • Pencarian Vertikal: Gen Z sering menggunakan TikTok sebagai mesin pencari. Mereka mencari ide hadiah dengan mengetikkan “gift ideas for best friend” atau “holiday decor haul”. Brand harus memastikan konten mereka dioptimalkan untuk format video vertikal dan mudah dicerna.

  • Live Shopping: Live shopping events selama musim liburan sangat populer di kalangan Gen Z. Format ini menawarkan elemen interaktif dan kejutan (fear of missing out atau FOMO) yang mendorong pembelian spontan.

2. Pentingnya User-Generated Content (UGC)

 

Gen Z skeptis terhadap iklan tradisional yang terasa terlalu sempurna dan tidak nyata. Mereka lebih memercayai konten yang dibuat oleh pengguna seperti mereka (UGC) atau influencer mikro/nano yang terasa tulus.

  • Otentisitas Mengalahkan Kesempurnaan: Kampanye Pemasaran Liburan Gen Z harus berani tampil raw dan otentik. Menggunakan kreator konten yang benar-benar mencoba dan merekomendasikan produk, daripada aktor berbayar, jauh lebih efektif.

💚 Menjual Nilai, Bukan Hanya Produk

 

Keputusan pembelian Gen Z sering kali dipengaruhi oleh nilai-nilai merek, etika, dan dampak sosial. Mereka tidak ragu memboikot brand yang dinilai tidak sejalan dengan pandangan mereka.

1. Prioritas Keberlanjutan (Sustainability)

 

Isu lingkungan menjadi sangat penting selama musim belanja liburan. Gen Z semakin memilih brand yang memiliki praktik etis dan keberlanjutan yang jelas.

  • Pengemasan dan Etika Kerja: Mereka memperhatikan pengemasan yang minim sampah, brand yang menggunakan bahan daur ulang, dan yang memastikan praktik kerja yang adil dalam rantai pasok mereka. Komunikasi brand harus secara jelas menyoroti komitmen ini.

2. Keadilan dan Inklusivitas

 

Kampanye liburan harus mencerminkan keragaman masyarakat dan menghindari stereotip.

  • Representasi: Gen Z mengharapkan brand untuk menampilkan berbagai latar belakang, identitas, dan keluarga dalam iklan liburan mereka. Inklusivitas bukan lagi bonus, tetapi persyaratan dasar.

💡 Strategi Kunci untuk Memenangkan Pemasaran Liburan Gen Z

 

Bagaimana brand dapat menggeser strategi mereka untuk selaras dengan harapan Gen Z yang terus berubah?

1. Jadilah Gifting Guru di Setiap Channel

 

Brand harus memposisikan diri sebagai sumber daya yang membantu Gen Z mengatasi stres memilih hadiah.

  • Panduan Hadiah Interaktif: Buatlah kuis interaktif atau AI-powered gift guide di situs web yang menyarankan hadiah berdasarkan minat atau kepribadian penerima.

  • Personalisasi Super-Focused: Tawarkan personalisasi tingkat tinggi, seperti opsi kustomisasi produk atau pesan (engraving) yang unik, yang sangat dihargai oleh generasi yang ingin mengekspresikan individualitas.

2. Berinvestasi pada Micro-Influencer dan Kemitraan Lokal

 

Alih-alih mengeluarkan anggaran besar untuk mega-influencer, fokus pada komunitas yang lebih kecil dan tertarget.

  • Authenticity is Key: Micro-influencer memiliki tingkat keterlibatan dan kepercayaan yang lebih tinggi dengan pengikut mereka. Kemitraan dengan mereka dapat menciptakan Word-of-Mouth (WOM) yang jauh lebih tulus dan efektif selama musim liburan.

3. Memanfaatkan Phygital Experience

 

Gen Z, meskipun digital native, masih menghargai pengalaman fisik yang dapat dibagikan (shareable).

  • Pop-Up Interaktif: Buat pop-up store atau experience liburan yang memiliki elemen Instagrammable atau TikTok-able. Contohnya, instalasi seni bertema liburan atau workshop pembuatan hadiah DIY di dalam toko.

Musim liburan ini akan membuktikan bahwa Pemasaran Liburan Gen Z menuntut lebih dari sekadar diskon besar. Generasi ini mencari brand yang memahami mereka, berbagi nilai mereka, dan yang paling penting, jujur dalam komunikasi mereka. Dengan merangkul otentisitas dan memprioritaskan platform video, brand tidak hanya akan meningkatkan penjualan liburan, tetapi juga membangun loyalitas jangka panjang dengan generasi konsumen masa depan.

Baca juga:

Informasi ini dipersembahkan oleh empire88

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *