JAKARTA – Liquid Death, merek air minum kaleng yang dikenal karena strategi pemasarannya yang out-of-the-box dan estetika heavy-metal-nya, kembali membuat sensasi. Alih-alih membuat iklan televisi konvensional, Liquid Death berhasil menempatkan Iklan Liquid Death The Running Man langsung di dalam film sci-fi klasik tahun 1987 yang dibintangi Arnold Schwarzenegger. Iklan komersial yang disebut meta-aware ini tidak hanya muncul di antara adegan, tetapi disisipkan ke dalam klip-klip yang tersedia secara digital, meniru praktik product placement (penempatan produk) yang agresif di masa depan distopia film tersebut.
Langkah brilian ini menunjukkan bahwa Liquid Death, yang telah menarik perhatian investor dan konsumen muda, jauh melampaui metode pemasaran tradisional. Iklan Liquid Death The Running Man ini memanfaatkan nostalgia, kesadaran diri (self-awareness), dan humor gelap untuk menarik perhatian generasi yang sudah kebal terhadap iklan biasa. Strategi disruptive ini merupakan inti dari identitas merek Liquid Death, yang bertujuan menjual air minum kemasan dengan semangat dan sikap yang biasanya ditemukan pada merek minuman energi atau bir.
🎬 Strategi Meta-Placement: Menanamkan Merek dalam Fiksi
Penempatan iklan Liquid Death di dalam The Running Man adalah contoh sempurna dari meta-marketing, di mana iklan itu sendiri menjadi bagian dari lelucon atau kritik budaya.
1. Memanfaatkan Distopia The Running Man
Film The Running Man (1987) berlatar masa depan distopia di mana narapidana dipaksa bersaing dalam reality show mematikan. Film ini secara tajam mengkritik komersialisme yang berlebihan dan penempatan produk yang agresif.
-
Ironi sebagai Daya Tarik: Liquid Death justru memanfaatkan ironi tersebut. Dengan menyisipkan iklannya secara mulus (seolah-olah iklan itu memang ada di tahun 1987 di masa depan film) di tengah-tengah kekacauan reality show fiktif, Liquid Death membuat pernyataan: bahwa komersialisme ada di mana-mana, bahkan dalam kritik terhadap komersialisme itu sendiri.
-
Keterlibatan Generasi Z: Pendekatan ini sangat menarik bagi Generasi Z yang menghargai self-awareness merek dan humor yang gelap. Mereka bukan hanya mengonsumsi iklan, tetapi juga mengonsumsi komentar sosial yang terkandung di dalamnya.
2. Menciptakan Buzz dan Earned Media
Liquid Death tahu bahwa cara terbaik untuk mendapatkan perhatian adalah dengan melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan. Iklan Liquid Death The Running Man ini menghasilkan buzz yang luar biasa di media sosial dan liputan luas dari outlet berita, yang dikenal sebagai earned media.
-
ROI yang Tinggi: Efek viralitas yang dihasilkan dari penempatan unik ini jauh lebih murah dan efektif daripada membeli waktu siaran iklan prime-time secara konvensional. Iklan tersebut menjadi konten yang dibicarakan, bukan hanya konten yang dilewati (skipped).
🩸 Identitas Merek: Death to Plastic dan Heavy Metal
Keberanian pemasaran Liquid Death berakar pada identitas mereknya yang unik dan misi yang jelas: Death to Plastic (Matikan Plastik).
1. Kemasan Kaleng dan Sikap Anti-Plastik
Liquid Death, yang didirikan oleh mantan eksekutif Netflix, Mike Cessario, menargetkan konsumen yang peduli lingkungan tetapi tidak menyukai branding “hippie” tradisional.
-
Estetika: Menggunakan kaleng aluminium (yang lebih mudah didaur ulang daripada plastik) dan menyajikannya dengan branding yang terinspirasi dari heavy metal dan punk rock.
-
Penyampaian Misi: Iklan Liquid Death The Running Man ini secara tidak langsung menyiratkan bahwa produk mereka adalah alternatif cool dan berani di tengah konsumsi mainstream yang merusak.
2. Konsistensi Merek (Brand Consistency)
Dari nama merek, slogan (“Murder Your Thirst“), hingga kemasan, Liquid Death selalu konsisten. Iklan yang disisipkan ke dalam film distopia 1980-an yang gelap ini sejalan dengan tema dark dan edgy mereka. Konsistensi ini membangun komunitas penggemar yang loyal, yang merasa bahwa merek tersebut memahami selera humor dan nilai-nilai mereka.
🚀 Dampak Pemasaran Disruptive di Industri Minuman
Inisiatif pemasaran Liquid Death menjadi studi kasus tentang bagaimana merek dapat berkembang pesat tanpa bersaing dengan anggaran iklan raksasa seperti Coca-Cola atau PepsiCo.
1. Dari Niche ke Mainstream
Dengan menargetkan niche tertentu—pecinta metal, penggemar film B-movies, dan konsumen yang peduli lingkungan—Liquid Death telah berhasil menembus mainstream. Mereka membuktikan bahwa otentisitas, meskipun absurd, lebih berharga daripada iklan yang halus dan glossy.
2. Menjual Air dengan Cerita
Liquid Death tidak menjual air, mereka menjual cerita. Mereka menjual sikap pemberontakan terhadap status quo. Pendekatan Iklan Liquid Death The Running Man ini adalah cara mereka memberitahu konsumen bahwa mereka adalah brand yang berbeda, yang tidak takut untuk merusak batas antara reality dan fiction. Ini adalah pelajaran berharga bagi pemasar modern: dalam dunia yang ramai, hanya kampanye yang paling kreatif, unik, dan berani yang akan mendapatkan perhatian.
Baca juga:
- Kelas Menengah Menghilang Pemasaran Menjadi Tantangan 2026
- Efektivitas Pemasaran Wendy’s sebagai Kunci Turnaround
- Ancaman Kompetitor Amazon DSP di Arena Ad-Tech Global
Informasi ini dipersembahkan oleh indocair
