GEO: Evolusi dari SEO ke Optimasi Mesin Generatif
SEO tradisional memang belum hilang, tapi cara orang mencari konten online mulai berubah. Dengan makin banyaknya pengguna yang mengandalkan ChatGPT atau Google Search Generative Experience untuk menemukan jawaban, fokus para pemasar kini bergeser ke apa yang disebut sebagai Generative Engine Optimization (GEO).
GEO adalah strategi menyesuaikan konten agar lebih mudah muncul dalam hasil yang dihasilkan oleh AI, bukan sekadar hasil pencarian biasa. Ini mencakup format yang jelas, jawaban atas pertanyaan umum, dan penggunaan bahasa yang sederhana. Beberapa brand mulai memperbarui halaman lama mereka, sementara yang lain membuat konten baru yang lebih singkat dan langsung ke poin, khusus untuk tampilan di antarmuka AI.
Perubahan ini juga memengaruhi cara menulis dan menyusun konten. Fokus bukan lagi pada kata kunci, melainkan kejelasan dan relevansi. Sejumlah profesional SEO mulai bereksperimen dengan struktur konten dan schema markup agar AI bisa menemukan informasi penting dengan lebih mudah. Ke depannya, ini bisa mengubah cara website dibangun—lebih menekankan kejelasan informasi ketimbang frekuensi kata kunci.
Data Pihak Pertama Jadi Prioritas di Tengah Aturan Privasi
Dengan menghilangnya third-party cookies dan makin ketatnya regulasi privasi, fokus pemasar kini bergeser ke first-party data, yaitu data yang dikumpulkan langsung dari pengguna lewat situs, aplikasi, atau platform milik sendiri.
Data ini memberi kontrol lebih besar dan risiko hukum yang lebih kecil. Tapi, perusahaan harus membangun kepercayaan dan menawarkan imbalan yang jelas untuk informasi pengguna—misalnya lewat diskon, fitur eksklusif, atau layanan pelanggan yang lebih baik.
Perubahan ini membuat tim pemasaran makin terlibat dalam pengelolaan sistem persetujuan dan kebijakan penyimpanan data. Bahkan, banyak brand membangun program loyalitas hanya untuk mendukung pengumpulan data ini. Tujuannya bukan sekadar mengumpulkan alamat email, tapi benar-benar memahami pelanggan agar bisa memberi layanan yang lebih relevan dan sesuai preferensi mereka.
AI dalam Iklan: Otomatisasi Boleh, Tapi Arahan Manusia Tetap Penting
AI kini mengambil peran lebih besar dalam proses pembelian iklan. Mulai dari rekomendasi penempatan iklan, pengujian berbagai versi teks iklan, hingga memprediksi kanal terbaik—semua makin otomatis. Hasilnya: keputusan lebih cepat dan biaya bisa ditekan.
Namun, beberapa tim merasa kehilangan kendali atau tidak tahu mengapa sebuah kampanye sukses atau gagal. Karena itu, agensi dan brand mulai membuat batasan: strategi tetap dipegang manusia, sementara pekerjaan teknis diserahkan ke AI.
Model hibrida makin populer, di mana AI mengatur real-time bidding tapi manusia tetap menyempurnakan penargetan atau ide kreatif. Ini menjaga sentuhan manusia tanpa mengorbankan kecepatan otomatisasi.
Kesimpulan
Tahun 2025 membawa tantangan besar bagi dunia pemasaran, tapi juga peluang besar. Para pemasar dituntut untuk lebih lincah dalam mengadopsi teknologi seperti AI, sambil tetap mempertahankan nilai-nilai manusiawi seperti empati, kejelasan, dan relevansi dalam pesan mereka. Dari SEO ke GEO, dari cookie pihak ketiga ke data milik sendiri, perubahan ini bukan sekadar fitur baru, melainkan pergeseran mendasar dalam cara kerja tim pemasaran.
Dengan teknologi yang terus berkembang, kejelasan visi, kemampuan beradaptasi, dan pemahaman mendalam tentang pelanggan akan jauh lebih bernilai dibanding sekadar memiliki alat canggih. Kolaborasi antara manusia dan mesin adalah kunci untuk strategi pemasaran yang sukses di masa depan.
Baca juga:

