Perjalanan Peloton dalam beberapa tahun terakhir bagaikan roller coaster. Mereka meroket selama pandemi COVID-19. Lalu mereka terhuyung setelahnya. Kini, perusahaan perangkat kebugaran interaktif ini kembali menjadi sorotan. Ini karena mereka menunjuk Chief Marketing Officer (CMO) baru. Ini adalah kali keempat Peloton ganti CMO keempat dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Pergantian posisi kunci yang begitu cepat ini menimbulkan pertanyaan besar. Apakah ini indikasi turbulensi internal yang masih belum menemukan titik terang?
Kisah Singkat Peloton: Dari Puncak ke Lembah
Untuk memahami mengapa pergantian CMO ini begitu signifikan, mari kita kilas balik perjalanan Peloton:
- Puncak Pandemi (2020-2021): Saat lockdown global, permintaan untuk sepeda fitness dan treadmill pintar Peloton melonjak. Orang-orang mencari cara berolahraga di rumah. Peloton menjadi simbol fitness mewah di rumah. Mereka mencapai valuasi miliaran dolar.
- Penurunan Pasca-Pandemi (2022-sekarang): Ketika gym dibuka kembali dan orang-orang kembali beraktivitas di luar, permintaan Peloton merosot tajam. Perusahaan menghadapi masalah stok berlebih, penarikan produk (recall), dan kritik terhadap keselamatan produk. Saham mereka anjlok drastis.
- Perubahan Kepemimpinan: Pendiri dan CEO John Foley mundur. Barry McCarthy, mantan eksekutif Spotify dan Netflix, mengambil alih kemudi. Ia berusaha melakukan turnaround. Ini termasuk PHK massal, pemangkasan biaya, dan perubahan strategi bisnis.
Dalam periode yang penuh gejolak ini, posisi CMO menjadi sangat penting. Ia bertanggung jawab untuk membentuk citra merek dan juga harus menarik pelanggan baru serta mempertahankan pelanggan lama. Oleh karena itu, tingkat pergantian yang tinggi menunjukkan adanya tantangan besar. Ini menunjukkan ketidakpastian dalam strategi pemasaran.
Mengapa CMO Sering Berganti di Peloton?
Pergantian Peloton ganti CMO keempat dalam lima tahun bukanlah hal biasa. Ini bisa jadi cerminan dari beberapa masalah inti:
- Strategi Pemasaran yang Berubah-Ubah: Pasar fitness di rumah sangat dinamis. Tidak ada formula tunggal yang cocok. Setiap CMO mungkin datang dengan visi pemasaran yang berbeda. Mereka berusaha menemukan kembali “daya tarik” Peloton. Ini bisa menyebabkan inkonsistensi.
- Tekanan untuk Membalikkan Keadaan: CMO baru sering dihadapkan pada target agresif. Mereka harus segera mengembalikan pertumbuhan dan keuntungan. Jika hasilnya tidak cepat terlihat, mereka bisa diganti.
- Masalah Branding dan Reputasi: Peloton menghadapi masalah citra. Ini termasuk penarikan produk dan persepsi elit. CMO harus memperbaiki ini. Ini adalah tugas yang sangat berat.
- Pergeseran Model Bisnis: Peloton beralih dari menjual hardware mahal ke model berlangganan yang lebih terjangkau. Ini juga mencoba menjual produknya di Amazon. Setiap perubahan ini membutuhkan pendekatan pemasaran yang berbeda.
- Konflik Internal atau Ketidakcocokan Budaya: Terkadang, pergantian adalah karena ketidakcocokan antara CMO dan kepemimpinan senior lainnya. Atau ada perbedaan dalam visi jangka panjang.
Tingginya tingkat pergantian ini menyiratkan bahwa Peloton belum menemukan formula pemasaran yang tepat. Ini untuk menghadapi tantangan pasca-pandemi.
Tantangan yang Menanti CMO Baru Peloton
CMO keempat ini akan menghadapi tumpukan masalah yang besar. Mereka harus segera diatasi.
- Memulihkan Pertumbuhan Pelanggan: Jumlah pelanggan langganan adalah metrik utama. CMO baru harus menemukan cara efektif untuk menarik pelanggan baru. Mereka juga harus mencegah churn pelanggan lama.
- Membangun Kembali Citra Merek: Peloton harus kembali jadi merek yang dicintai dan terjangkau. Ini perlu mengatasi persepsi mahal atau eksklusif. Kampanye pemasaran baru harus fokus pada nilai dan inklusivitas.
- Diversifikasi Pendapatan: Pemasaran harus mendukung strategi diversifikasi. Ini bukan hanya menjual sepeda. Ini juga tentang layanan kebugaran, aplikasi, dan konten.
- Efisiensi Anggaran Pemasaran: Dengan tekanan keuangan, CMO harus cerdas. Mereka harus bisa meraih hasil maksimal dengan anggaran yang lebih ketat.
- Mengintegrasikan Strategi Digital dan Offline: Peloton telah memperluas penjualan offline. CMO perlu menyatukan pengalaman pemasaran. Ini harus dilakukan di semua saluran.
Tugas CMO baru ini adalah navigasi yang sulit. Ini membutuhkan kombinasi kreativitas dan ketajaman bisnis. Ia harus bisa mengatasi masalah yang membuat Peloton ganti CMO keempat terjadi.
Implikasi Tingkat Turnover CMO yang Tinggi
Pergantian kepemimpinan pemasaran yang cepat dapat memiliki efek domino:
- Kurangnya Konsistensi Strategi: Setiap CMO baru mungkin membawa strategi baru. Ini dapat menyebabkan perubahan arah yang sering. Ini membuat pelanggan bingung.
- Moral Karyawan: Staf di departemen pemasaran mungkin merasa tidak stabil. Ini bisa memengaruhi moral dan produktivitas mereka.
- Kepercayaan Investor: Tingkat turnover yang tinggi bisa mengirim sinyal negatif. Investor mungkin melihatnya sebagai kurangnya arah yang jelas.
- Biaya Rekrutmen: Proses mencari dan merekrut CMO baru sangat mahal. Ini memakan waktu dan sumber daya.
Peloton perlu stabilitas. Mereka perlu visi jangka panjang. Ini untuk membalikkan nasib mereka.
Masa Depan Peloton: Sebuah Pertarungan Berat
Penunjukan CMO baru ini adalah babak lain. Ini adalah dalam kisah turnaround Peloton. Keberhasilan perusahaan akan sangat bergantung pada kemampuan CMO baru. Mereka harus bisa mengartikulasikan proposisi nilai yang jelas dan bisa menjangkau audiens yang lebih luas serta bisa membangun kembali kepercayaan.
Meskipun tantangan besar, pasar fitness di rumah masih punya potensi. Peloton masih punya merek yang kuat. Mereka punya basis pelanggan yang setia. Jika CMO baru dapat membawa strategi pemasaran yang konsisten dan efektif. Jika mereka bisa beradaptasi dengan perubahan pasar. Maka Peloton ganti CMO keempat ini bisa jadi awal dari fase pemulihan yang sesungguhnya. Namun, jalan ke depan masih panjang dan penuh rintangan.
Baca juga:
- Kampanye Iklan Wyndham Loyalty: Perebutan Hati Pelanggan
- Pepsi Parodi Share a Coke: Strategi Perang Kola yang Tak Pernah Padam
- Lowe’s Jaringan Kreator: Strategi Jitu Merangkul Milenial dan Gen Z
Informasi ini dipersembahkan oleh Raja Botak

