Pasar kerja selalu kompetitif, tetapi bagi mereka yang baru memulai karir di bidang pemasaran, tekanan terasa semakin kuat. Fenomena ini, yang sering disebut sebagai job pinch, terjadi di tengah ketidakpastian ekonomi global dan pergeseran cepat menuju adopsi Kecerdasan Buatan (AI). Bagi para Pemasar Tingkat Awal, menemukan posisi yang ideal terasa seperti mendaki gunung dengan persyaratan yang terus meningkat.
Menurut data dari firma intelijen talenta global, permintaan aktif untuk posisi entry-level di bidang pemasaran mengalami penurunan. Laporan Taligence menunjukkan bahwa daftar pekerjaan entry-level turun sekitar 8,6% dari tahun sebelumnya. Meskipun ada sedikit peningkatan dari kuartal ke kuartal, tren ini mencerminkan keengganan perusahaan untuk mengambil risiko pada karyawan tanpa pengalaman di tengah lingkungan ekonomi yang sulit. Para pemberi kerja kini cenderung mencari kandidat yang dapat memberikan dampak terukur dan cepat pada pendapatan. Hal ini menimbulkan pertanyaan besar: Jika perusahaan tidak menawarkan posisi Pemasar Tingkat Awal yang sebenarnya, bagaimana fresh graduate bisa mendapatkan pengalaman?
Mengapa Permintaan Pemasar Tingkat Awal Menurun?
Beberapa faktor utama berkontribusi pada tantangan yang dihadapi oleh lulusan baru di industri ini, menciptakan lingkungan di mana peran generalis menjadi kurang diminati.
Tuntutan Kualifikasi Pengalaman yang Tinggi
Salah satu hambatan terbesar bagi Pemasar Tingkat Awal adalah inflasi pengalaman kerja (experience inflation). Banyak lowongan yang berlabel entry-level kini secara implisit atau eksplisit mensyaratkan 1 hingga 2 tahun pengalaman praktis, portofolio, atau bahkan keahlian setara mid-level.
Survei menunjukkan bahwa tingginya persyaratan kualifikasi pengalaman menjadi alasan utama sulitnya mencari pekerjaan. Perusahaan ingin merekrut talenta yang ‘siap kerja’ dan dapat berkontribusi segera, daripada menginvestasikan waktu dan sumber daya untuk program pelatihan ekstensif. Bagi lulusan baru, magang dan proyek freelance telah berubah dari nilai tambah menjadi persyaratan wajib.
Dampak Kecerdasan Buatan (AI) dan Otomatisasi
Proliferasi AI generatif dan alat otomatisasi telah mengubah lanskap pekerjaan pemasaran secara mendasar. Alat-alat ini mampu menangani banyak tugas yang secara tradisional merupakan tugas entry-level, seperti analisis data rutin, manajemen kampanye harian, dan bahkan pembuatan konten dasar.
Perubahan ini tidak selalu menghilangkan peran Pemasar Tingkat Awal seluruhnya, tetapi meningkatkan standar keahlian yang dibutuhkan. Perusahaan tidak lagi hanya membutuhkan seseorang untuk menjalankan tugas; mereka membutuhkan seseorang yang dapat memanfaatkan AI sebagai alat strategis. Akibatnya, fokus pekerjaan bergeser dari tugas taktis menjadi keterampilan yang lebih tinggi, seperti wawasan data (insight), kreativitas strategis, dan kemampuan untuk mengintegrasikan kampanye digital.
Stagnasi Gaji dan Durasi Perekrutan yang Lebih Lama
Data statistik menggarisbawahi tantangan ini. Gaji median untuk posisi entry-level cenderung stagnan, bahkan mencatat sedikit penurunan (sekitar 0,3% YoY), tanpa adanya perubahan signifikan dari kuartal ke kuartal. Stagnasi gaji, dikombinasikan dengan meningkatnya biaya hidup, menambah beban bagi para pencari kerja.
Selain itu, proses perekrutan juga memakan waktu lebih lama. Rata-rata masa aktif sebuah lowongan pekerjaan telah mencapai 41 hari, meningkat signifikan. Penundaan ini diyakini sebagai cerminan keraguan ekonomi yang menyebabkan perusahaan membekukan atau menunda keputusan perekrutan. Pemberi kerja hanya akan merekrut jika mereka yakin bahwa kandidat tersebut akan memberikan dampak pendapatan yang cepat dan terukur.
Strategi Menghadapi Tekanan bagi Pemasar Tingkat Awal
Meskipun data menunjukkan adanya tekanan, bidang pemasaran tetap menawarkan potensi karir yang luar biasa bagi mereka yang adaptif. Para Pemasar Tingkat Awal harus mengambil pendekatan strategis untuk menonjol dalam persaingan.
1. Kuasai Spesialisasi yang Berhubungan dengan Pendapatan: Pasar saat ini sangat menyukai peran yang secara langsung terikat pada kejelasan pendapatan (revenue clarity). Posisi seperti Growth Marketer dan Product Marketer menunjukkan pertumbuhan permintaan yang tinggi. Pemasar pemula harus fokus menguasai keterampilan spesialisasi ini, seperti SEO, paid advertising, analisis funnel, dan conversion rate optimization. Tunjukkan dengan jelas bagaimana keahlian Anda dapat diubah menjadi uang nyata bagi perusahaan.
2. Kembangkan Portofolio Nyata, Bukan Hanya IPK: Di era Pemasar Tingkat Awal harus membuktikan diri, portofolio yang kuat jauh lebih berharga daripada nilai akademis semata. Buat proyek sampingan (side project), kerjakan proyek freelance, atau kelola media sosial pribadi/organisasi dengan strategi yang jelas. Sertakan metrik keberhasilan yang terukur—misalnya, “Meningkatkan engagement akun X sebesar 25% dalam 3 bulan.”
3. Manfaatkan dan Jangan Takuti AI: Alih-alih melihat AI sebagai ancaman, gunakan ia sebagai alat untuk meningkatkan efisiensi. Tunjukkan bahwa Anda mahir menggunakan tool AI untuk penelitian, analisis, atau personalisasi konten. Hal ini akan menunjukkan bahwa Anda adalah kandidat yang future-proof dan siap menghadapi evolusi peran pemasaran.
4. Jangan Abaikan Soft Skills: Kemampuan beradaptasi, komunikasi yang baik, dan kemampuan memecahkan masalah (problem solving) menjadi sangat krusial. Dalam wawancara, tunjukkan inisiatif dan kemauan untuk terus belajar. Bahkan dengan AI, sentuhan manusia, empati, dan kreativitas yang otentik tetap tidak tergantikan.
Pasar kerja pemasaran memang sedang mengalami periode kontraksi strategis. Namun, bagi para Pemasar Tingkat Awal yang mampu beradaptasi, membangun keahlian yang spesifik dan terbukti, serta memanfaatkan teknologi, peluang karir yang cerah masih menanti di depan.
Baca juga:
- WPP Open Pro AI Marketing Solusi UKM Tanpa Agensi
- Pelajaran Utama Advertising Week 2025 Marketer Wajib Tahu
- Salma Hayek Promosikan Kahlunkin: Drama, Kopi, dan Likur Karamel
Informasi ini dipersembahkan oleh macan empire

