Dalam langkah strategis yang menggarisbawahi kekuatan nostalgia dan evolusi humor digital, merek makanan ringan global Pringles menghidupkan kembali salah satu slogan ikonisnya. Setelah sempat pensiun pada tahun 2022, frasa terkenal “Once You Pop, The Fun Don’t Stop” kini kembali dengan nuansa yang dimodifikasi untuk menargetkan segmen konsumen yang paling berpengaruh: Generasi Z. Keputusan untuk mengaktifkan kembali Tagline Pringles Kembali Populer ini datang setelah perusahaan menyadari brand equity yang luar biasa dari frasa tersebut, yang masih dikenal oleh 69% konsumen yang disurvei.
Pringles, yang dimiliki oleh Kellanova, kini telah menyesuaikan tagline yang berasal dari tahun 90-an tersebut menjadi “Once You Pop, The Pop Don’t Stop.” Modifikasi halus ini bukan sekadar perubahan kata, melainkan merupakan fondasi dari kampanye pemasaran baru yang secara sengaja mengadopsi humor “tidak terkendali” (unhinged humor) yang akrab di feed media sosial Gen Z. Pergeseran ini menjadi studi kasus yang menarik tentang bagaimana merek warisan berusaha menjembatani kesenjangan antara nostalgia dan tuntutan budaya digital yang serba cepat.
Membangkitkan Kembali Pesan Ikonik Pringles
Pringles pertama kali meluncurkan slogan “Once You Pop, You Can’t Stop” pada tahun 1996, yang dengan sempurna merangkum sifat adiktif dari keripik berbentuk pelana yang ditumpuk rapi dalam tabung ikoniknya. Slogan tersebut pensiun pada tahun 2022, digantikan oleh kampanye “Mind Popping,” yang berfokus pada sisi unik dan jenaka dari merek Pringles itu sendiri—mulai dari bentuk keripik yang pas di lidah hingga penemuan mesin pembuatnya oleh seorang penulis fiksi ilmiah.
Namun, daya tarik abadi dari slogan “Once You Pop” ternyata terlalu kuat untuk diabaikan. Tagline Pringles Kembali Populer karena kesederhanaan dan kemampuannya untuk langsung mengingatkan konsumen pada pengalaman sensorik unik saat membuka kaleng Pringles. Dengan sedikit tweak, Pringles berhasil menciptakan resonansi dengan generasi yang menghargai remix budaya dan nostalgia era 90-an, sambil menyuntikkan energi baru yang terasa fresh dan relevan di tahun 2025.
Mengapa Gen Z Merespons Tagline Pringles Kembali Populer?
Strategi Pringles untuk Gen Z berpusat pada dua pilar utama: humor absurd dan penggunaan perilaku snacking yang ada di media sosial. Iklan perdana untuk kampanye baru ini, berjudul “The Duck King,” menggambarkan upaya ini dengan sangat jelas. Iklan tersebut menampilkan seorang pria yang dibujuk untuk membentuk “bibir bebek” (duck lips) dengan dua keripik Pringles di bangku taman, yang secara tak terduga membuatnya diangkat menjadi bangsawan unggas oleh sekawanan bebek yang menyerbunya.
Pemandangan yang aneh dan hiperbolik ini adalah cerminan langsung dari jenis konten yang viral dan dominan di platform seperti TikTok. Strategi ini, yang dikembangkan oleh agensi FCB, bertujuan untuk mengambil aspek fungsional Pringles (bentuk keripik yang unik) dan membawanya ke tempat yang “tidak terkendali” (unhinged), seperti yang sering dilihat di feed Gen Z. Gen Z dikenal karena selera humor mereka yang sinis, meta, dan cenderung surreal, dan Pringles memanfaatkan karakteristik ini untuk memastikan bahwa Tagline Pringles Kembali Populer tidak hanya didengar, tetapi juga dibagikan.
Selain itu, kampanye ini juga menyoroti rasa Dill Pickle Pringles, sebuah rasa yang dihidupkan kembali setelah permintaan penggemar dan popularitas rasa pickle-terkait di TikTok. Ini menunjukkan bahwa Pringles tidak hanya berfokus pada pemasaran top-of-funnel, tetapi juga menyelaraskan inovasi produk dengan tren snacking Gen Z yang dikenal berani dan suka mencoba rasa baru.
Pemasaran Social-First dan Nostalgia di Era Digital
Keputusan Pringles untuk memprioritaskan taktik social-first adalah kunci keberhasilan kampanye ini. Di masa lalu, tagline ikonik didorong melalui iklan TV beranggaran besar; kini, Pringles memastikan narasi yang diperbarui ini berlanjut di saluran sosialnya, menjadikannya bagian integral dari budaya meme digital.
Langkah ini juga sejalan dengan tren yang lebih luas di antara pemasar produk kemasan konsumen (CPG) untuk merangkul nostalgia. Merek-merek legacy menemukan bahwa menggunakan aset masa lalu yang terkenal—seperti tagline atau maskot—menciptakan resonansi emosional dengan konsumen lama sambil menarik perhatian generasi baru yang menganggap budaya retro itu menarik. Nostalgia menawarkan ekuitas merek built-in dan rasa keakraban di pasar yang semakin ramai.
Dengan membuktikan bahwa Tagline Pringles Kembali Populer dan relevan di tengah hiruk pikuk konten digital, Pringles telah menunjukkan pemahaman yang matang tentang pasar saat ini. Mereka berhasil mengubah slogan dari era 90-an menjadi narasi yang relatable dan shareable bagi Gen Z, menegaskan posisi Pringles sebagai makanan ringan yang identik dengan kesenangan, playfulness, dan, tentu saja, kecanduan yang menyenangkan.
Baca juga:
- Strategi Pemasaran Barefoot Wine Bertransformasi: Merangkul Peminum Modern
- Fitur Sosial Airbnb Terbaru: Koneksi Wisatawan, Pengalaman Lokal Lebih Kaya
- Pemasar Tingkat Awal Hadapi Tekanan Kerja
Informasi ini dipersembahkan oleh naga empire

